Penyu hijau (Chelonia mydas) adalah penyu laut besar yang termasuk
dalam keluarga Cheloniidae. Hewan ini adalah satu-satunya spesies dalam
golongan Chelonia. Mereka hidup di semua laut tropis dan subtropis,
terutama di Samudera Atlantik dan Samudera Pasifik. Namanya didapat dari
lemak bewarna hijau yang terletak di bawah cangkang mereka. Jumlah
Penyu Hijau semakin berkurang karena banyak diburu untuk diambil
pelindung tubuhnya (karapaks dan platron) sebagai hiasan, telurnya
sebagai sumber protein tinggi dan obat, juga dagingnya sebagai bahan
makanan. Penyu Hijau di tangkarkan di Ujung Genteng Sukabumi.
Penyu sisik (Eretmochelys imbricata) adalah jenis penyu terancam punah
yang tergolong dalam familia Cheloniidae. Penyu ini adalah satu-satunya
spesies dalam genusnya. Perbedaan Eretmochelys imbricata dari penyu
lainnya yang sangat mudah dibedakan adalah paruhnya yang melengkung
dengan bibir atas yang menonjol, dan tampilan pinggiran cangkangnya yang
seperti gergaji. Cangkang penyu sisik dapat berubah warna, sesuai
dengan temperatur air. Walaupun penyu ini menghabiskan separuh hidupnya
di samudra terbuka, sesekali mereka juga mendatangi laguna yang dangkal
dan terumbu karang. Spesies ini memiliki persebaran di seluruh dunia,
dengan dua subspesies terdapat di Atlantik dan Pasifik. Eretmochelys
imbricata adalah subspesies di Atlantik, sedangkan Eretmochelys
imbricata bissa adalah subspesies di wilayah Indo-Pasifik.
Penyu belimbing (Dermochelys coriacea) adalah sejenis penyu raksasa dan
satu-satunya jenis dari suku Dermochelyidae yang masih hidup. Penyu ini
merupakan penyu terbesar di dunia dan merupakan reptil keempat terbesar
di dunia setelah tiga jenis buaya. Penyu belimbing dikenal oleh
beberapa masyarakat dengan sebutan penyu raksasa, kantong atau mabo.
Nama umumya dalam bahasa inggris adalah Leatherback Sea Turtle. Jenis
ini mudah diidentifikasi dari karapaksnya yang berbentuk seperti
garis-garis pada buah belimbing. Karapaks ini tidak ditutupi oleh
tulang, namun hanya ditutupi oleh kulit dan daging berminyak. Bentuk
kepala dari penyu belimbing kecil, bulat dan tanpa adanya sisik-sisik
seperti halnya penyu yang lain. Mempunyai paruh yang lemah, tetapi
berbentuk tajam, tidak punya permukaan penghancur atau pelumat makanan.
Bentuk tubuh penyu jantan dewasa lebih pipih dibandingkan dengan penyu
betina, plastron mempunyai cekungan ke dalam, pinggul menyempit dan
corseletnya tidak sedalam pada penyu betina. Warna karapas penyu dewasa
kehitam-hitaman atau coklat tua. Di bagian atas dengan bercak-bercak
putih dan putih dengan bercak hitam di bagian bawah. Berat penyu ini
dapat mencapai 700 kg dengan panjang dari ujung ekor sampai moncongnya
bisa mencapai lebih dari 305 cm. Penyu ini bergerak sangat lambat di
daratan kering, namun ketika berenang merupakan reptil tercepat di dunia
dengan kecepatan mencapai 35 Km perjam. Jenis penyu ini dapat ditemukan
di seluruh perairan tropis Indo-Australia.
Pterapogon kauderni atau Cardinal Fish adalah genus ikan dalam familia
Apogonidae. Ikan ini adalah satu-satunya anggota dari genus Pterapogon.
Yang menarik dari ikan ini adalah populer dalam perdagangan akuarium.
Ikan ini salah satu ikan laut yang relatif sedikit telah dikembangbiakan
di penangkaran secara teratur, namun jumlah yang signifikan masih
ditangkap di alam liar dan sekarang menjadi spesies terancam. Spesies
ini ditangkarkan di kepulauan Banggai, Sulawesi Tengah dan di selat
Lembeh, Sulawesi Utara, dan di Secret Bay, sebelah barat Bali Utara.
Ikan ini tumbuh hingga mencapai 8 cm. Yang membedakan cardinal fish
lainnya adalah sirip punggung pertama terumbai sampai ke ekor, sirip
punggung kedua berdiri sangat tegak dan pola warna yang terdiri dari
tiga garis hitam de kepala dan tubuh. Bedanya jantan dan betina adalah
pada bagian rongga mulutnya mencolok membesar, yang hanya terlihat
ketika mereka diam.
Kuda laut mini ini ditemukan di kedalaman laut kawasan Pulau Derawan,
Kebupaten Berau, Kalimantan Timur. Species kuda laut ini merupakan salah
satu species baru yang ada di perairan Indonesia. Kuda laut mini ini
diberi nama Hippocamus Satomie yang berukuran panjang 13,8 milimeter dan
lebar 11,5 milimeter. Akhiran nama Satomie pada kuda laut ini untuk
menghormati salah seorang penyelam, Satomi Onishi, yang telah membantu
mengumpulkan koleksi penemuan spesies ini.
Hemiscyllium halmahera atau hiu berjalan ini merupakan seekor spesies
hiu bambu yang ditemukan di Indonesia. Spesies ini pertama kali
dilaporkan ketika ditemukan dua spesimen hiu ini di dekat Pulau
Halmahera, Kepulauan Maluku. Spesies ini cukup mirip dengan Hemiscyllium
galei yang ditemukan di Papua Barat. Hiu yang memiliki tubuh memanjang
seperti belut ini dinamakan hiu berjalan karena hiu ini bergerak dengan
cara berjalan di dasar laut menggunakan sirip pektoral dan sirip pelvis
mereka. Secara umum, warna kulit hewan tersebut adalah coklat dan kulit
mereka juga dihiasi oleh bintik-bintik poligonal bewarna gelap.
Bintik-bintik bewarna putih juga ditemukan dengan jumlah yang relatif
sedikit (lebih kecil dari 10), pada jarak antara bintik poligonal
bewarna gelap.
Coelacanth Indonesia (Latimeria menadoensis) adalah salah satu dari dua
spesies hidup coelacanth, sejenis ikan purba, yang masih ada hingga
kini. Coelacanth Indonesia atau ikan raja laut memiliki ciri berwarna
sisik tubuh kecokelatan. Ikan langka ini masuk ke dalam daftar IUCN Red
List dengan kategori rentan. Satu spesies lainnya, Latimeria chalumnae
(Coelacanth Samudra Hindia Barat) masuk dalam daftar terancam kritis.
Habitat ikan raja laut terdapat di sekitar perairan Laut Sulawesi,
terutama di sekitar Pulau Manado Tua, perairan Malalayang, Teluk Manado,
dan di perairan Talise, Minahasa Utara. Habitat ikan coelacanth berada
pada kedalamanan lebih dari 180 meter dengan suhu maksimal 18 derajat
Celsius. Di Indonesia, spesimen coelacanth Indonesia awetan kering
disimpan dalam peti kaca dan dipamerkan di Seaworld Indonesia, Jakarta.
Sedangkan di Indonesia, setidaknya ada dua awetan basah coelacanth
Indonesia, yakni yang disimpan di Museum Biologi LIPI di Cibinong dan di
Manado.
Gurita penyamar (Thaumoctopus mimicus) merupakan salah satu spesies
hewan endemik Indonesia yang pertama kali ditemukan di Sulawesi pada
tahun 1998. Seperti gurita pada umumnya, gurita penyamar mampu
berkamuflase dengan mengubah warna tubuhnya agar sama dengan lingkungan
sekitar. Keunikan gurita penyamar yang membedakannya dari spesies gurita
lain terletak pada kemampuannya dalam meniru bentuk dan perilaku dari
benda mati, seperti terumbu karang dan batu, serta spesies hewan laut
lain. Bentuk perilaku hewan dalam meniru perilaku atau rupa hewan lain
disebut dengan mimikri dan dari sanalah nama ilmiah gurita penyamar
berasal. Gurita penyamar dapat tumbuh hingga mencapai panjang 60
sentimeter dengan corak tubuh berwarna cokelat bergaris putih atau
berbintik putih. Hewan yang tergolong kecil ini memiliki delapan lengan
dengan panjang masing-masing lengan sekitar 25 sentimeter dan ketebalan
setara dengan sebatang pensil. Setiap lengan memiliki 2 baris alat
penghisap yang berperan sebagai indera peraba dan indera pengecap.
Seperti spesies gurita secara umum, gurita penyamar memiliki selubung
tubuh atau mantel yang melindungi tiga buah jantung, tabung siphon,
insang, dan organ dalam lainnya. Selain itu juga terdapat kromatofora
pada lapisan kulit gurita penyamar, yaitu kantung-kantung berisi zat
warna yang akan bekerja saat gurita penyamar melakukan kamuflase. Ketika
otot di sekitar kromatofora berkontraksi, zat warna akan mengisi
celah-celah tubuh dan menyebabkan warna tubuh gurita penyamar berubah.
Warna yang dihasilkan dapat berupa kuning, jingga, merah, biru, hitam,
atau kombinasi dari warna-warna tersebut.
Hiu gergaji (Pristis microdon) adalah ikan yang hidup di Danau Sentani.
Hiu gergaji juga populer dengan nama pari atau hiu sentani karena
memang endemik di Danau Sentani, Papua. Orang barat menyebutnya
Largetooth Jawfish yang berarti ikan hiu bergigi besar. Ikan ini
termasuk ikan air tawar dan berkembak biak dengan cara ovovivipar.
Walaupun penampilan hiu gergaji cukup mengerikan, namun bukan berarti
ikan ini menjadi penguasa di Danau Sentani. Fakta di lapangan
menunjukkan populasi anggota famili Pristidae yang bernama Latin Pristis
Microdon ini terus menyusut. Ikan yang menyebar di Australia, India,
Papua Nugini, Afrika Selatan dan Thailand ini tergolong penghuni air
tawar dan menyukai daerah tropis. Biasanya mereka hidup di danau-danau
besar, sungai besar atau rawa-rawa tertentu. Di Indonesia ikan hiu
gergaji terdapat di Sungai Digul, Sungai Mahakam (Kalimantan), Sungai
Siak dan Sungai Sepih.
Ikan ini mempunyai 14 hingga 22 gigi gergaji di setiap sisi, dimana
digunakan sebagai alat mencari makanan, dan juga alat pertahanan
terhadap musuhnya. Ikan ini senang memangsa ikan-ikan berukuran sedang
atau yang berbadan lebih kecil. Ukuran tubuh hiu gergaji sendiri lumayan
besar, mampu mencapai 6,6 meter.
Ikan lopis merupakan jenis ikan sungai yang tergolong dalam suku
Notopteridae (ikan berpunggung pisau). Ikan ini lebih populer dengan
nama ikan belida/belido, yang diambil dari nama salah satu sungai di
Sumatera Selatan yang menjadi habitatnya. Orang Banjar menyebutnya ikan
pipih. Jenis ini dapat ditemui di Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan
Semenanjung Malaya, meskipun sekarang sudah sulit ditangkap karena
rusaknya mutu sungai dan penangkapan. Ikan ini merupakan bahan baku
untuk sejenis kerupuk khas dari Palembang yang dikenal sebagai kemplang.
Dulu lopis juga dipakai untuk pembuatan pempek namun sekarang diganti
dengan tenggiri. Tampilannya yang unik juga membuatnya dipelihara di
akuarium sebagai ikan hias.
Karena berpotensi ekonomi dan terancam punah, lembaga penelitian
berusaha menyusun teknologi budidayanya. Hingga 2005, Balai Budidaya Air
Tawar Mandiangin, di Kalimantan Selatan telah mencoba membudidayakan,
menangkarkan serta memperbanyak benih ikan belida.
Ikan air tawar, pemangsa ikan kecil dan krustasea, dewasa berukuran
1,5-7 kg, dengan ciri khas ikan berpunggung pisau: punggungnya meninggi
sehingga bagian perut tampak lebar dan pipih. Lopis dicirikan melalui
sirip duburnya yang menyambung dengan sirip ekor berawal tepat di
belakang sirip perut yang dihubungkan dengan sisik-sisik kecil. Bentuk
kepala dekat punggung cekung dan rahangnya semakin panjang sesuai dengan
meningkatnya umur sampai jauh melampaui batas bagian belakang mata pada
ikan yang sudah besar.
0 comments