10 Hewan Laut Yang Hanya Ada di Indonesia

10 Hewan Laut Yang Hanya Ada di Indonesia

Penyu hijau (Chelonia mydas) adalah penyu laut besar yang termasuk dalam keluarga Cheloniidae. Hewan ini adalah satu-satunya spesies dalam golongan Chelonia. Mereka hidup di semua laut tropis dan subtropis, terutama di Samudera Atlantik dan Samudera Pasifik. Namanya didapat dari lemak bewarna hijau yang terletak di bawah cangkang mereka. Jumlah Penyu Hijau semakin berkurang karena banyak diburu untuk diambil pelindung tubuhnya (karapaks dan platron) sebagai hiasan, telurnya sebagai sumber protein tinggi dan obat, juga dagingnya sebagai bahan makanan. Penyu Hijau di tangkarkan di Ujung Genteng Sukabumi.

Penyu sisik (Eretmochelys imbricata) adalah jenis penyu terancam punah yang tergolong dalam familia Cheloniidae. Penyu ini adalah satu-satunya spesies dalam genusnya. Perbedaan Eretmochelys imbricata dari penyu lainnya yang sangat mudah dibedakan adalah paruhnya yang melengkung dengan bibir atas yang menonjol, dan tampilan pinggiran cangkangnya yang seperti gergaji. Cangkang penyu sisik dapat berubah warna, sesuai dengan temperatur air. Walaupun penyu ini menghabiskan separuh hidupnya di samudra terbuka, sesekali mereka juga mendatangi laguna yang dangkal dan terumbu karang. Spesies ini memiliki persebaran di seluruh dunia, dengan dua subspesies terdapat di Atlantik dan Pasifik. Eretmochelys imbricata adalah subspesies di Atlantik, sedangkan Eretmochelys imbricata bissa adalah subspesies di wilayah Indo-Pasifik.
Penyu belimbing (Dermochelys coriacea) adalah sejenis penyu raksasa dan satu-satunya jenis dari suku Dermochelyidae yang masih hidup. Penyu ini merupakan penyu terbesar di dunia dan merupakan reptil keempat terbesar di dunia setelah tiga jenis buaya. Penyu belimbing dikenal oleh beberapa masyarakat dengan sebutan penyu raksasa, kantong atau mabo. Nama umumya dalam bahasa inggris adalah Leatherback Sea Turtle. Jenis ini mudah diidentifikasi dari karapaksnya yang berbentuk seperti garis-garis pada buah belimbing. Karapaks ini tidak ditutupi oleh tulang, namun hanya ditutupi oleh kulit dan daging berminyak. Bentuk kepala dari penyu belimbing kecil, bulat dan tanpa adanya sisik-sisik seperti halnya penyu yang lain. Mempunyai paruh yang lemah, tetapi berbentuk tajam, tidak punya permukaan penghancur atau pelumat makanan. Bentuk tubuh penyu jantan dewasa lebih pipih dibandingkan dengan penyu betina, plastron mempunyai cekungan ke dalam, pinggul menyempit dan corseletnya tidak sedalam pada penyu betina. Warna karapas penyu dewasa kehitam-hitaman atau coklat tua. Di bagian atas dengan bercak-bercak putih dan putih dengan bercak hitam di bagian bawah. Berat penyu ini dapat mencapai 700 kg dengan panjang dari ujung ekor sampai moncongnya bisa mencapai lebih dari 305 cm. Penyu ini bergerak sangat lambat di daratan kering, namun ketika berenang merupakan reptil tercepat di dunia dengan kecepatan mencapai 35 Km perjam. Jenis penyu ini dapat ditemukan di seluruh perairan tropis Indo-Australia.
Pterapogon kauderni atau Cardinal Fish adalah genus ikan dalam familia Apogonidae. Ikan ini adalah satu-satunya anggota dari genus Pterapogon. Yang menarik dari ikan ini adalah populer dalam perdagangan akuarium. Ikan ini salah satu ikan laut yang relatif sedikit telah dikembangbiakan di penangkaran secara teratur, namun jumlah yang signifikan masih ditangkap di alam liar dan sekarang menjadi spesies terancam. Spesies ini ditangkarkan di kepulauan Banggai, Sulawesi Tengah dan di selat Lembeh, Sulawesi Utara, dan di Secret Bay, sebelah barat Bali Utara. Ikan ini tumbuh hingga mencapai 8 cm. Yang membedakan cardinal fish lainnya adalah sirip punggung pertama terumbai sampai ke ekor, sirip punggung kedua berdiri sangat tegak dan pola warna yang terdiri dari tiga garis hitam de kepala dan tubuh. Bedanya jantan dan betina adalah pada bagian rongga mulutnya mencolok membesar, yang hanya terlihat ketika mereka diam.
Kuda laut mini ini ditemukan di kedalaman laut kawasan Pulau Derawan, Kebupaten Berau, Kalimantan Timur. Species kuda laut ini merupakan salah satu species baru yang ada di perairan Indonesia. Kuda laut mini ini diberi nama Hippocamus Satomie yang berukuran panjang 13,8 milimeter dan lebar 11,5 milimeter. Akhiran nama Satomie pada kuda laut ini untuk menghormati salah seorang penyelam, Satomi Onishi, yang telah membantu mengumpulkan koleksi penemuan spesies ini.
Hemiscyllium halmahera atau hiu berjalan ini merupakan seekor spesies hiu bambu yang ditemukan di Indonesia. Spesies ini pertama kali dilaporkan ketika ditemukan dua spesimen hiu ini di dekat Pulau Halmahera, Kepulauan Maluku. Spesies ini cukup mirip dengan Hemiscyllium galei yang ditemukan di Papua Barat. Hiu yang memiliki tubuh memanjang seperti belut ini dinamakan hiu berjalan karena hiu ini bergerak dengan cara berjalan di dasar laut menggunakan sirip pektoral dan sirip pelvis mereka. Secara umum, warna kulit hewan tersebut adalah coklat dan kulit mereka juga dihiasi oleh bintik-bintik poligonal bewarna gelap. Bintik-bintik bewarna putih juga ditemukan dengan jumlah yang relatif sedikit (lebih kecil dari 10), pada jarak antara bintik poligonal bewarna gelap.
Coelacanth Indonesia (Latimeria menadoensis) adalah salah satu dari dua spesies hidup coelacanth, sejenis ikan purba, yang masih ada hingga kini. Coelacanth Indonesia atau ikan raja laut memiliki ciri berwarna sisik tubuh kecokelatan. Ikan langka ini masuk ke dalam daftar IUCN Red List dengan kategori rentan. Satu spesies lainnya, Latimeria chalumnae (Coelacanth Samudra Hindia Barat) masuk dalam daftar terancam kritis. Habitat ikan raja laut terdapat di sekitar perairan Laut Sulawesi, terutama di sekitar Pulau Manado Tua, perairan Malalayang, Teluk Manado, dan di perairan Talise, Minahasa Utara. Habitat ikan coelacanth berada pada kedalamanan lebih dari 180 meter dengan suhu maksimal 18 derajat Celsius. Di Indonesia, spesimen coelacanth Indonesia awetan kering disimpan dalam peti kaca dan dipamerkan di Seaworld Indonesia, Jakarta. Sedangkan di Indonesia, setidaknya ada dua awetan basah coelacanth Indonesia, yakni yang disimpan di Museum Biologi LIPI di Cibinong dan di Manado.
Gurita penyamar (Thaumoctopus mimicus) merupakan salah satu spesies hewan endemik Indonesia yang pertama kali ditemukan di Sulawesi pada tahun 1998. Seperti gurita pada umumnya, gurita penyamar mampu berkamuflase dengan mengubah warna tubuhnya agar sama dengan lingkungan sekitar. Keunikan gurita penyamar yang membedakannya dari spesies gurita lain terletak pada kemampuannya dalam meniru bentuk dan perilaku dari benda mati, seperti terumbu karang dan batu, serta spesies hewan laut lain. Bentuk perilaku hewan dalam meniru perilaku atau rupa hewan lain disebut dengan mimikri dan dari sanalah nama ilmiah gurita penyamar berasal. Gurita penyamar dapat tumbuh hingga mencapai panjang 60 sentimeter dengan corak tubuh berwarna cokelat bergaris putih atau berbintik putih. Hewan yang tergolong kecil ini memiliki delapan lengan dengan panjang masing-masing lengan sekitar 25 sentimeter dan ketebalan setara dengan sebatang pensil. Setiap lengan memiliki 2 baris alat penghisap yang berperan sebagai indera peraba dan indera pengecap. Seperti spesies gurita secara umum, gurita penyamar memiliki selubung tubuh atau mantel yang melindungi tiga buah jantung, tabung siphon, insang, dan organ dalam lainnya. Selain itu juga terdapat kromatofora pada lapisan kulit gurita penyamar, yaitu kantung-kantung berisi zat warna yang akan bekerja saat gurita penyamar melakukan kamuflase. Ketika otot di sekitar kromatofora berkontraksi, zat warna akan mengisi celah-celah tubuh dan menyebabkan warna tubuh gurita penyamar berubah. Warna yang dihasilkan dapat berupa kuning, jingga, merah, biru, hitam, atau kombinasi dari warna-warna tersebut.

Hiu gergaji (Pristis microdon) adalah ikan yang hidup di Danau Sentani. Hiu gergaji juga populer dengan nama pari atau hiu sentani karena memang endemik di Danau Sentani, Papua. Orang barat menyebutnya Largetooth Jawfish yang berarti ikan hiu bergigi besar. Ikan ini termasuk ikan air tawar dan berkembak biak dengan cara ovovivipar. Walaupun penampilan hiu gergaji cukup mengerikan, namun bukan berarti ikan ini menjadi penguasa di Danau Sentani. Fakta di lapangan menunjukkan populasi anggota famili Pristidae yang bernama Latin Pristis Microdon ini terus menyusut. Ikan yang menyebar di Australia, India, Papua Nugini, Afrika Selatan dan Thailand ini tergolong penghuni air tawar dan menyukai daerah tropis. Biasanya mereka hidup di danau-danau besar, sungai besar atau rawa-rawa tertentu. Di Indonesia ikan hiu gergaji terdapat di Sungai Digul, Sungai Mahakam (Kalimantan), Sungai Siak dan Sungai Sepih.
Ikan ini mempunyai 14 hingga 22 gigi gergaji di setiap sisi, dimana digunakan sebagai alat mencari makanan, dan juga alat pertahanan terhadap musuhnya. Ikan ini senang memangsa ikan-ikan berukuran sedang atau yang berbadan lebih kecil. Ukuran tubuh hiu gergaji sendiri lumayan besar, mampu mencapai 6,6 meter.

Ikan lopis merupakan jenis ikan sungai yang tergolong dalam suku Notopteridae (ikan berpunggung pisau). Ikan ini lebih populer dengan nama ikan belida/belido, yang diambil dari nama salah satu sungai di Sumatera Selatan yang menjadi habitatnya. Orang Banjar menyebutnya ikan pipih. Jenis ini dapat ditemui di Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Semenanjung Malaya, meskipun sekarang sudah sulit ditangkap karena rusaknya mutu sungai dan penangkapan. Ikan ini merupakan bahan baku untuk sejenis kerupuk khas dari Palembang yang dikenal sebagai kemplang. Dulu lopis juga dipakai untuk pembuatan pempek namun sekarang diganti dengan tenggiri. Tampilannya yang unik juga membuatnya dipelihara di akuarium sebagai ikan hias.
Karena berpotensi ekonomi dan terancam punah, lembaga penelitian berusaha menyusun teknologi budidayanya. Hingga 2005, Balai Budidaya Air Tawar Mandiangin, di Kalimantan Selatan telah mencoba membudidayakan, menangkarkan serta memperbanyak benih ikan belida.
Ikan air tawar, pemangsa ikan kecil dan krustasea, dewasa berukuran 1,5-7 kg, dengan ciri khas ikan berpunggung pisau: punggungnya meninggi sehingga bagian perut tampak lebar dan pipih. Lopis dicirikan melalui sirip duburnya yang menyambung dengan sirip ekor berawal tepat di belakang sirip perut yang dihubungkan dengan sisik-sisik kecil. Bentuk kepala dekat punggung cekung dan rahangnya semakin panjang sesuai dengan meningkatnya umur sampai jauh melampaui batas bagian belakang mata pada ikan yang sudah besar.

Share:

0 comments